Pola asuh adalah cara, bentuk atau strategi dalam pendidikan
keluarga yang dilakukan oleh orangtua kepada anaknya. Strategi, cara dan bentuk
pendidikan yang dilakukan orangtua kepada anak-anaknya sudah tentu dilandasi
oleh beberapa tujuan dan harapan orangtua. Diharapkan pendidikan yang diberikan
orangtua membuat anak mampu bertahan hidup sesuai alam dan lingkungannya dengan
cara menumbuhkan potensi-potensi yang berupa kekuatan batin, fikiran dan
kekuatan jasmani pada diri setiap anak (Anto, dkk. 1998). Maka pola asuh
dapat didefinisikan sebagai upaya pemeliharaan seorang anak, yakni bagaimana
orangtua memperlakukan, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta
melindungi anak, yang meliputi cara orangtua memberikan peraturan, hukuman,
hadiah, kontrol dan komunikasi untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan
norma-norma yang diharapkan masyarakat pada umumnya.
Setiap orang tua
menginginkan anaknya menjadi seseorang yang berguna bagi kehidupannya. Maka
dari itu bimbingan akan selalu diberikan oleh orangtua terhadap kepribadian
seorang anak. Pola asuh anak yang diterapkan oleh masing-masing orangtua
tentunya berbeda antara orangtua yang satu dengan lainnya. Pada intinya pola
pengasuhan orangtua bertujuan demi kebaikan anak kelak saat mereka tumbuh
dewasa dan mulai berbaur dalam kehidupan bermasyarakat. Anak prasekolah belajar
dengan cara berinteraksi dengan orang lain dengan mencontoh, berbagi dan
menjadi teman baik. Keluarga adalah kelompok sosial pertama dengan siapa anak
diidentifikasikan, anak lebih banyak menghabiskan waktunya dengan kelompok
keluarga daripada dengan kelompok sosial lainnya. Anggota keluarga merupakan
orang yang paling berarti dalam kehidupan anak.
Menurut Baumrind (1967), terdapat 4 macam pola asuh
orang tua:
1. Pola asuh Demokratis
Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman
2. Pola asuh Otoriter
Pola asuh
otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup,
tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian
lemah, cemas dan menarik diri.
3. Pola asuh Permisif
3. Pola asuh Permisif
Pola asuh
permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsive, agresif,
tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri
4. Pola asuh Penelantar.
Pola asuh
penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang moody, impulsive,
agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah
1. Pengaruh
Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja dan yang Tidak Bekerja terhadap Pembentukan
Kepribadian Anak
Sikap,
kebiasaan dan pola perilaku yang dibentuk selama tahun pertama, sangat
menentukan seberapa jauh individu-individu berhasil menyesuaikan diri dalam
kehidupan ketika mereka bertambah tua. Kenyataan tersebut menunjukkan
pentingnya dasar-dasar yang diberikan orang tua pada anaknya pada masa
kanak-kanak. Dasar-dasar tersebutlah yang akan dibawa sampai masa tua.
Tidak dapat
dipungkiri kesempatan pertama bagi anak untuk mengenal dunia sosialnya adalah
dalam keluarga. Di dalam keluarga untuk pertama kalinya anak mengenal aturan
tentang apa yang baik dan tidak baik. Oleh karena itu, orang tua harus bisa
memberikan pendidikan dasar yang baik kepada anak-anaknya agar nantinya bisa
berkembang dengan baik.
Kenyataan
yang terjadi pada masa sekarang adalah berkurangnya perhatian orang tua
terhadap anaknya karena keduanya sama-sama bekerja. Hal tersebut mengakibatkan
terbatasnya interaksi orang tua dengan anaknya. Keadaan ini biasanya terjadi
pada keluarga-keluarga muda yang semuanya bekerja.
Anak-anak
kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua karena keduanya
sama-sama sibuk dengan pekerjaannya masing masing. Sedangkan anak pada usia ini
sangat mambutuhkan perhatian lebih dari orang tua terutama untuk perkembangan
kepribadian. Anak yang ditinggal orang tuanya dan hanya tinggal dengan seorang
pengasuh yang dibayar orang tua untuk menjaga dan mengasuh, belum tentu anak
mendapatkan pengasuhan yang baik sesuai perkembangannya dari seorang pengasuh.
Anak yang
ditinggal kedua orang tuanya bekerja cenderung bersifat manja. Biasanya orang
tua akan merasa bersalah terhadap anak karena telah meninggalkan anak seharian.
Sehingga orang tua akan menuruti semua permintaan anak untuk menebus
kesalahanya tersebut tanpa berfikir lebih lanjut permintaan anak baik atau
tidak untuk perkembangan kepribadiaan anak selanjutnya. Kurangnya perhatiaan
dari orang tua akan mengakibatkan anak mencari perhatian dari luar, baik
dilingkungan sekolah dengan teman sebaya ataupun dengan orang tua pada saat
mereka di rumah. Anak suka mengganggu temannya ketika bermain, membuat
keributan di rumah dan melakukan hal-hal yang terkadang membuat kesal orang
lain. Semua perlakuan anak tersebut dilakukan hanya untuk menarik perhatian orang
lain karena kurangnya perhatian dari orang tua.
Sedangkan
orang tua yang tidak bekerja di luar rumah akan lebih fokus pada pengasuhan
anak dan pekerjaan rumah lainnya. Anak sepenuhnya mendapatkan kasih sayang dan
perhatian dari orang tua. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan anak menjadi
kurang mandiri, karena terbiasa dengan orang tua. Segala yang dilakukan anak
selalu dengan pangawasan orang tua. Oleh karena itu, orang tua yang tidak
bekerja sebaiknya juga tidak terlalu over protektif. Sehingga anak mampu untuk
bersikap mandiri.
2. Pengaruh
Pola Asuh Orang Tua yang Berpendidikan Tinggi dan Berpendidikan Rendah Terhadap
Pembentukan Kepribadian Anak
Latar
belakang pendidikan orang tua mempunyai pengaruh yang besar terhadap
pembentukan kepribadian anak. Orang tua yang mempunyai latar belakang
pendidikan yang tingi akan lebih memperhatikan segala perubahan dan setiap
perkembangan yang terjadi pada anaknya. Orang tua yang berpendidikan tinggi
umumnya mengetahui bagaimana tingkat perkembangan anak dan bagaimana pengasuhan
orang tua yang baik sesuai dengan perkembangan anak khususnya untuk pembentukan
kepribadian yang baik bagi anak. Orang tua yang berpendidikan tinggi umumnya
dapat mengajarkan sopan santun kepada orang lain, baik dalam berbicara ataupun
dalam hal lain.
Berbeda
dengan orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang rendah. Dalam
pengasuhan anak umumnya orang tua kurang memperhatikan tingkat perkembangan
anak. Hal ini dikarenakan orang tua yang masih awam dan tidak mengetahui
tingkat perkembangan anak. Bagaimana anaknya berkembang dan dalam tahap apa
anak pada saat itu. Orang tua biasanya mengasuh anak dengan gaya dan cara
mereka sendiri. Apa yang menurut mereka baik untuk anaknya. Anak dengan pola
asuh orang tua yang seperti ini akan membentuk suatu kepribadian yang kurang
baik.